Abdul Rochman, Mahasiswa Universitas Pamulang

Kecerdasan Buatan (AI) telah merevolusi pencarian informasi dengan sangat mudah.
Pada awal perkembangan internet kita disuguhkan dengan munculnya search engine
seperti google dan yahoo untuk pencarian informasi dan ini sudah sangat membantu
manusia dalam semua bidang terutama dalam bidang pendidikan. Semakin
berkembangnya teknologi kita makin dipermudah dengan munculnya tools AI seperti
ChatGPT, bagaimana teknologi yang berbasis machine learning ini mampu
berinteraksi dan menjawab apa yang kita cari.
Namun terdapat resiko dengan adanya teknologi ini, yaitu adanya potensi
meningkatkan kecurangan pada bidang pendidikan, terutama pada saat ujian online
yang kemungkinan diterapkan pada beberapa universitas maupun lembaga pendidikan
yang lain. Dikarenakan mahasiswa tinggal menuliskan pertanyaan dan AI akan
mencarikan jawabanya. Hal ini dapat menurunkan minat belajar dan mengabaikan
pelajaran dengan kemudahan yang ada. Oleh karena itu, penting sekali adanya
pengawasan yang intensif pada saat menjalankan ujian terutama ujian online yang
memiliki pengawasan yang minim. Maka dibutuhkan sebuah sistem yang mampu
mengawasi peserta ujian online dengan menerapkan AI, agar semua peserta ujian
dapat terawasi tanpa harus menambah banyak pengawas ketika peserta ujian
bertambah banyak.
Sistem ujian dengan AI ini tentu saja harus menggunakan face recognition dan
biometrik, untuk mendeteksi adanya potensi kecurangan lalu menyimpan rekaman
video maupun audio yang terindentifikasi adanya kecurangan. Dengan demikian
pengawas tinggal melihat atau mendengar hasil rekaman yang sudah dideteksi AI
sebagai potensi kecurangan.
Sistem ini tentu membutuhkan hardware, software serta server Face Recognition dan
biometrik yang mempuni untuk mendukung sistem ini berjalan dengan lancar. Disisi
mahasiswa harus memiliki komputer atau laptop dengan minimal memasang 2 kamera
dan mikrofon yang berjalan normal. Kamera pertama harus berada didepan peserta
ujian agar sistem dapat mendeteksi apakah benar seorang peserta ujian atau penjoki,
mendeteksi gerakan tengokan peserta ujian serta lirikan mata yang mengindikasikan
adanya kecurangan, dan kamera ke 2 memperlihatkan kondisi mahasiswa beserta
lingkungan sekitarnya agar tidak ada orang lain yang membantu. aplikasi ujian ini
harus memiliki kemampuan memblock beberapa fitur komputer pada umumnya
seperti multitasking, agar tidak dapat membuka browser maupun aplikasi lain yang
berpotensi untuk mencari informasi dan hanya dapat menampilkan aplikasi ujian saja.
Dengan perkembanganya, diharapkan sistem dapat menentukan kecurangan secara
langsung tanpa harus adanya pengawas. Tentu ini membutuhkan banyak data sebagai
referensi AI untuk belajar dan menentukan benar tidaknya ada kecurangan pada saat
ujian. Oleh karena itu, penting untuk terus adanya pengawasan yang intensif agar
penggunaan AI dapat dipakai untuk hal bermanfaat dan menambah kemudahan
mencari informasi, tetapi dibarengi dengan sumber daya manusia yang unggul, tanpa
melakukan kecurangan pada saat ujian.
Secara Keseluruhan, AI memiliki potensi yang sangat besar dalam merevolusi dunia
pendidikan terutama dalam bidang pencarian informasi yang bisa sangat bermanfaat
jika digunakan dengan bertanggung jawab, dan dapan mencerdaskan kehidupan
bangsa tanpa tertinggal dengan teknologi yang ada.