MUHAMMAD NAZIR, Mahasiswa Universitas Pamulang

Kecerdasan Buatan (AI) telah mengubah wajah berbagai sektor dalam masyarakat modern, termasuk industri otomotif. Dalam bidang kendaraan, AI telah menjadi pendorong utama inovasi, menghadirkan janji keselamatan yang lebih baik, efisiensi operasional, dan kenyamanan pengguna. Namun, di balik kemajuan cemerlang ini, terdapat pertanyaan penting tentang dampaknya terhadap keselamatan, privasi, dan kemandirian manusia.
Salah satu aspek paling menonjol dari kehadiran AI dalam kendaraan adalah peningkatan keselamatan. Sistem AI dapat memantau lingkungan sekitar kendaraan dengan akurasi yang tinggi, mendeteksi bahaya potensial, dan merespons dengan cepat, seringkali jauh lebih cepat daripada reaksi manusia. Teknologi ini telah menjadi landasan bagi fitur keselamatan seperti pengereman darurat otomatis, peringatan tabrakan, dan asisten pengemudi yang semakin canggih. Dengan demikian, AI membantu mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas dan menyelamatkan nyawa.
Namun, ada kekhawatiran yang wajar terkait ketergantungan yang semakin besar pada AI dalam kendaraan. Semakin canggihnya sistem, semakin besar pula potensi kegagalan teknis. Apakah kita siap menghadapi skenario di mana kegagalan sistem AI menyebabkan kecelakaan serius? Selain itu, ada juga perdebatan tentang privasi pengguna. Pengumpulan data yang intensif oleh sistem AI dalam kendaraan dapat memicu kekhawatiran tentang pelanggaran privasi dan potensi penyalahgunaan informasi pribadi.
Tidak hanya itu, kehadiran AI juga menghadirkan tantangan etika yang rumit. Misalnya, dalam situasi di mana tabrakan tak terhindarkan, sistem AI harus membuat keputusan tentang siapa yang akan dilindungi atau diselamatkan. Apakah prioritasnya adalah penumpang kendaraan, pejalan kaki, atau pengendara lain di jalan? Penentuan ini membuka debat tentang nilai-nilai yang mendasari keputusan etis dalam konteks kecerdasan buatan.
Lebih lanjut, sementara AI dapat meningkatkan kenyamanan dan efisiensi dalam mengemudi, ada juga risiko bahwa kemandirian manusia dalam mengemudi dapat menurun. Pengemudi yang terlalu bergantung pada teknologi cenderung kehilangan keterampilan dan perhatian mereka, yang pada gilirannya dapat menyebabkan situasi berbahaya ketika sistem AI gagal atau memerlukan intervensi manusia.
Oleh karena itu, meskipun AI membawa potensi besar untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi dalam kendaraan, kita juga perlu mempertimbangkan implikasi yang lebih luas yang mungkin terjadi. Perlu ada kerangka kerja regulasi yang kuat untuk mengelola pengembangan dan penerapan AI dalam kendaraan, seiring dengan upaya yang berkelanjutan untuk memahami dan mengatasi tantangan etika, privasi, dan keamanan yang terkait. Hanya dengan pendekatan yang seimbang dan berwawasan ke depan, kita dapat memastikan bahwa AI benar-benar menjadi kekuatan untuk kebaikan dalam mobilitas masa depan.