Eko Yulia Saputra Mahasiswa Universitas Pamulang

Kecerdasan buatan biasanya didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mirip dengan otak manusia yang dapat bertindak dan belajar dari data yang dikumpulkannya. Salah satu bidang ilmu komputer yang sangat penting di era digital saat ini adalah kecerdasan buatan, juga dikenal sebagai AI.
Teknologi Al di Indonesia khususnya dalam bidang kesehatan sedang dalam tahap pengembangan dan sudah mulai digunakan secara makin meluas. Adapun beberapa contoh penerapan Al dalam bidang kesehatan di Indonesia, antara lain yaitu Robot for Interactive Body Assistance (RIBA) yaitu robot perawat yang diciptakan untuk membantu tugas perawat yaitu menggendong atau mengangkat pasien. Robot ini juga memiliki kemampuan untuk mengenali wajah dan mendeteksi suara perawat rumah sakit.
Penerapan AI di sektor kesehatan tidak hanya program yang berhubungan langsung dengan pasien, AI juga bisa digunakan untuk membantu pekerjaan praktisi data dalam mengolah data kesehatan baik data rekam medis pasien maupun data kesehatan lainnya. Selain itu, AI juga berperan penting dalam memvisualisasikan suatu data termasuk data di sektor kesehatan.
Menurut para ahli, perkembangan Kecerdasan Buatan akan terus melaju dengan cepat dan berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan, termasuk bisnis, transportasi, dan kesehatan. Elon Musk mengungkapkan bahwa “Al lebih berbahaya dari nuklir”, karena hal tersebut didasari dari Al yang dapat berkembang dengan cepat dan tidak terkendali, melampaui kecerdasan manusia, dan menciptakan kejadian yang tidak terduga (Rahardja, 2022).
Ini mungkin menimbulkan kesulitan bagi para pemuda, seperti pada pekerjaannya, di mana dia dianggap dapat mengotomatisasi dan mengganti tugas rutin mesin. Kehadiran Al dapat mengubah tuntutan pekerjaan di era revolusi industri saat ini, seperti pekerjaan tradisional yang mungkin kehilangan permintaan karena otomatisasi.
Meskipun kecerdasan buatan (AI) memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, ada juga efek negatifnya. Salah satu masalah utama adalah privasi dan keamanan data. Penggunaan AI untuk menganalisis data medis yang sensitif dapat menyebabkan kebocoran data pribadi pasien jika tidak diatur dengan ketat.
Dokter dan tenaga medis masih harus memainkan peran penting dalam interpretasi hasil AI dan membuat keputusan akhir berdasarkan konteks medis yang lebih luas, jadi tidak boleh bergantung terlalu banyak pada AI untuk mengurangi keterlibatan manusia dalam pengambilan keputusan klinis.
Oleh karena itu, meskipun AI memiliki potensi manfaat di bidang kesehatan, penting untuk mempertimbangkan efek negatifnya dan mengembangkan regulasi yang kuat untuk mencegah dampak negatif tersebut.
Untuk memaksimalkan manfaat AI di bidang kesehatan, pengawasan dan regulasi yang ketat diperlukan untuk menjamin keamanan dan privasi data pasien. Selain itu, upaya untuk menyelaraskan teknologi AI dengan praktik medis konvensional juga menjadi perhatian penting.
Penerapan AI di bidang kesehatan diharapkan mampu memberikan dampak peningkatan efisiensi dan efektivitas operasional rumah sakit yang lebih baik. Meskipun begitu, penerapan AI di rumah sakit maupun tempat pelayanan kesehatan lainnya memerlukan banyak evaluasi belum bisa diterapkan secara masif. Hal itu karena, AI bisa saja memberikan kinerja atau diagnosa yang tidak sesuai dengan diagnosa subjektif dokter mengingat sektor kesehatan merupakan hal sensitif yang menyangkut nyawa seseorang. Penggunaan AI yang bisa berpikir secara canggih juga tetap memerlukan peran dokter sebagai pengambil keputusan akhir.