Kusumawati Dr. H. Sofyan Hadi Musa, M.Ag.

Pandangan tentang perempuan selalu sama walaupun mengalami perubahan sesuai dengan kondisi. Bagaimana perempuan dapat menyuarakan pikiran dan bersikap sesuai dengan tuntutan yang berlaku pada masanya. Membahas tentang perempuan identik dengan teori feminis, tema perempuan dari
sudut pandang pengakuan islam terdapat pada QS. An – Nisa dan disurah al-Qur’an yang lainnya. Pertanyaan yang sering muncul bagi perempuan yang memiliki aktifitas atau kegiatan diluar rumah, seperti: kenapa perempuan harus memiliki pendidikan?. Sedangkan tugas utama
untuk mengurus keluarga. Dalih jawaban yang diberikan yaitu karena perempuan yang tidak pandai maka memerlukan ruang dan waktu untuk mengikuti proses kegiatan pembelajaran pada tiap jenjang.
Penelitian yang menyebutkan bahwa belajar yang efektif itu adalah lembaga / institusi formal, dimana sebagian besar yang memiliki keinginan memperoleh ilmu pengetahuan akan
mendaftarkan dirinya ke lembaga pendidikan. Pendidikan merupakan investasi terbaik dalam kehidupan walaupun proses menjalani pendidikan tidak semudah yang terdapat pada brosur karena harus melewati berbagai prosedur, menghabiskan waktu, dan mengeluarkan biaya. Kendala tersebut harus dilalui bagi perempuan dan mengadaptasi situasi kondisi. Stigma domestik yang sering dijadikan dasar bagi perkembangan perempuan, sekalipun sudah dapat mengakses berbagai informasi melalui browhser, internet, searching yang diunduh masih kisaran pemenuhan kebutuhan domestik. Perempuan
saat ini, perlu melihat banyak hal dari berbagai perspektif karena sulit bagi perempuan menghadapi kekeliruan mata rantai tradisi, aturan budaya dan tradisi lebih kuat dari agama itu sendri.Terimplementasinya suatu tradisi, diperlihatkan secaraberkelanjutan, ditiru, diikuti dan dijalani oleh generasi berikutnya. Sehingga kesan jika untuk menambah ilmu pengetahuan, tidak harus
belajar formal sebab akses pengetahuan dapat diperoleh melalui non formal. Sedangkan bagi perempuan yang bekerja atau yang memiliki aktifitas diluar rumah harus memperhatikan dampak arus
pengetahuan dijalur non formal bagi keberlangsungan generasi. Mengatur waktu menjadi salah satu cara mengatasi rutinitas, karena setelah pulang bekerja bagi perempuan yang sudah berkeluarga
keberadaanya untuk mengurus anak, menyapu, memasak dan lainsebagainya, baru dapat mengurus diri. Bekerja bagi perempuan bertujuan untuk membantu suami memenuhi kebutuhan financial
dan memperoleh cara pandang tersendiri tentang sesuatu hal yang dialaminya.
Pemerhati perempuan seperti Prof Musdah Mulia memberikan apresiasi lebih dengan cara bahwa perempuan sendirilah awalnya yang harus bisa menghargai diri sendiri, dansemua perempuan yang sudah berkeluarga merasa harus terhormat dalam segala keadaan, karena secara phsycis perempuan rentan
dengan emosi yang ada dalam dirinya. Perempuan mesti dapat menekan gejolak emosi, jika ada situasi yang tidak diinginkan, keberanian biasanya datang jika berada dikondisi zona tidak nyaman.
Seperti kondisi ekonomi keluarga jika tidak memadai, maka perempuan harus mau berdiri mencari jalan keluar dari kemelut, demi kehormatan diri dan keluarga, tentu menjalaninya dengan rasa
sayang dan cinta kasih. Allah Ta’ala merahmati perempuan yangmemiliki kepribadian kuat seperti Siti Asiyah yang tetap teguh menjaga aqidah dan harga dirinya sebagai seorang muslimah
sehingga Allah SWT mengabadikan do’anya dalam al–Qur’an QS. At–Tahrim ayat 11 “Ya Tuhanku bangunkanlah sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan
perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim”. Perempuan yang Allah SWT muliakan dapat dijadikan rujukan untuk membentuk perspektif tersendiri meskipun keadaan berubah silih berganti, sehingga kemuliaan dapat diperoleh dihadapan Allah SWT saja.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *