Penulis : Aan Saputra
Perkembangan terkini dalam perangkat lunak kecerdasan buatan (AI) yang dapat menulis tanggapan esai yang canggih telah menarik banyak minat dan diskusi.
Perangkat lunak AI seperti ChatGPT telah memicu reaksi dalam lanskap pendidikan global mulai dari kekhawatiran terhadap penggunaan etis, dampak terhadap pengajaran, pembelajaran dan penilaian, integritas akademik, hingga peluang inovasi.
Bertentangan dengan beberapa peringatan keras, hal ini bukanlah akhir dari ujian, atau bahkan ancaman besar terhadap tugas kuliah, namun hal ini memberikan perhatian yang sangat tajam mengenai dampak perangkat lunak kecerdasan buatan yang dapat menulis tanggapan canggih terhadap cara kita berpikir tentang pengajaran. , pembelajaran dan penilaian.
Seperti pemeriksa ejaan, perangkat lunak terjemahan, dan kalkulator, kita harus menerima bahwa hal ini akan menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita harus beradaptasi dan mentransformasikan pendidikan sehingga siswa dapat menggunakan alat AI baru ini secara etis dan efektif.
International Baccalaureate (IB) telah memutuskan tidak “melarang” penggunaan ChatGPT atau perangkat lunak AI serupa seperti yang terlihat di tempat lain. Alasan paling sederhana adalah bahwa ini merupakan cara yang tidak efektif dalam menghadapi inovasi. Namun, para siswa perlu disadarkan bahwa IB tidak menganggap karya yang ditulis dengan alat tersebut sebagai karya mereka sendiri. Mengirimkan karya yang dihasilkan AI sebagai karya mereka merupakan tindakan pelanggaran akademis dan akan menimbulkan konsekuensi. Namun hal ini tidak sama dengan melarang penggunaannya.
Sebenarnya, sebagian besar permasalahan yang muncul di Chat GPT merupakan perluasan atau variasi dari permasalahan terkini yang biasa ditangani oleh IB, meskipun teknologi tersebut sangat berbeda dalam hal kecepatan, kemudahan akses, dan skala.
Namun kami juga sangat gembira dengan prospek menjajaki peluang pendidikan yang sangat besar yang telah diciptakan oleh perangkat lunak ini.
Jika AI – dalam bentuk Chat GPT dan turunannya yang lebih kuat – benar-benar digunakan secara rutin dalam kehidupan sehari-hari di seluruh dunia, maka hal ini akan menimbulkan serangkaian pertanyaan menarik tentang keterampilan dan pengetahuan penting apa yang dibutuhkan siswa yang tidak dapat kita butuhkan. mampu untuk mengabaikannya.
Mari kita bayangkan skenario kehidupan nyata tentang bagaimana AI dapat segera digunakan di dalam kelas. Bagaimana kalau menggunakan AI untuk memberikan contoh pekerjaan bagi siswa untuk dievaluasi dan dikritik? Banyak guru menganggap meminta siswa menandai contoh pekerjaan merupakan teknik pengajaran yang efektif. Penggunaan AI mengatasi banyak masalah etika dan praktis yang terkait dengan pengumpulan contoh pekerjaan untuk aktivitas kelas ini.
AI adalah teknologi canggih yang menawarkan peluang pendidikan bagi siswa dan pendidik dan dapat menjadi alat yang berguna dalam mendukung proses belajar mengajar dan penggunaannya harus menjadi sesuatu yang membuat guru merasa nyaman. Hal ini sama halnya dengan perkembangan teknologi di masa lalu dan masa depan.
Oleh karena itu, kita hanya bisa bersemangat dengan prospek menjajaki peluang pendidikan yang sangat besar yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi. Pengembangan profesional guru juga harus berkembang untuk memenuhi tuntutan pendidikan yang terus berubah. Hal ini dapat mencakup menghadiri lokakarya, konferensi, dan peluang pengembangan profesional lainnya, untuk membekali guru dengan keterampilan dan pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan alat AI secara efektif dan pengalaman untuk mengintegrasikan AI ke dalam praktik pengajaran mereka.
Pada akhirnya, apa yang dimaksud dengan AI dalam jangka panjang adalah kita menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mengajarkan mekanisme penulisan esai atau komunikasi dan lebih banyak waktu untuk memahami, mendeskripsikan, dan menganalisis masalah. Ini adalah sesuatu yang bisa kita rayakan daripada rasa takut.
Sarjana Muda Internasional