Penulis :
Penulis : Aditya Firmansyah, Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Pamulang

Dalam era di mana teknologi kecerdasan buatan semakin canggih, muncul pertanyaan menarik: Apakah AI dapat menjadi seniman? Diskusi seputar peran AI dalam dunia seni telah memunculkan pandangan beragam.
Pertama-tama, tidak bisa dipungkiri bahwa AI telah menghasilkan karya seni yang mengagumkan. Dalam seni visual, AI telah menghasilkan lukisan-lukisan yang memukau, menggabungkan elemen-elemen yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh seniman manusia. Dalam musik, AI dapat menghasilkan komposisi yang memikat pendengar dengan berbagai genre dan gaya. Di dunia sastra, AI telah menciptakan puisi yang menggugah perasaan dan bahkan skenario film yang bisa menjadi dasar kisah-kisah menarik.
Namun, perlu diingat bahwa AI pada dasarnya adalah alat yang beroperasi berdasarkan algoritma dan data yang dimasukkan ke dalamnya. Sementara AI dapat menghasilkan karya-karya yang luar biasa, pertanyaan yang muncul adalah apakah karya-karya ini memiliki kedalaman emosi dan makna sejati seperti yang seringkali terkait dengan seniman manusia. Arti dari seni seringkali terkait dengan pengalaman manusia, refleksi pribadi, pesan, dan ekspresi yang mungkin sulit bagi AI untuk meniru sepenuhnya.
Hal ini mengingatkan kita bahwa seni adalah lebih dari sekadar teknik atau estetika. Seni adalah tentang kreativitas, emosi, dan ekspresi manusia. Seni seringkali muncul dari cerita hidup, pengalaman, dan pandangan dunia seniman. Hal ini membawa kita kepada pertanyaan etika: Apakah penggunaan AI dalam seni mengurangi apresiasi terhadap pekerjaan seniman manusia? Ataukah ia justru membantu seniman menggali potensi kreatif mereka?
Pada akhirnya, apakah AI dapat dianggap sebagai seniman sebenarnya adalah subjektif dan tergantung pada perspektif individu. Bagi beberapa, AI mungkin hanya alat bantu yang kuat yang membantu seniman manusia menghasilkan karya yang lebih inovatif. Bagi yang lain, AI mungkin memiliki potensi untuk menjadi seniman “kreatif” dalam arti yang lebih luas. Namun, yang pasti adalah bahwa perbincangan ini memunculkan pertanyaan menarik tentang peran teknologi dalam seni, dan menegaskan bahwa seni, dalam bentuk apapun, tetap menjadi kekuatan yang kuat untuk menginspirasi, merangsang pikiran, dan menyentuh hati kita.