Penulis : Nur Azizah Eka Apriliana Dewi, Mahasiswi Teknik Informatika, Universitas Pamulang

Salah satu ikan air tawar yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat yaitu ikan lele. Ikan lele merupakan ikan yang dapat dibudidayakan dipekarangan rumah, kolam, dan disawah. Budidaya ikan lele cukup mudah karena pertumbuhannya sangat cepat dan angka kematiannya pun cukup rendah. Bentuk tubuh ikan lele panjang, mempunyai kulit yang licin dan berlendir, dan memiliki kumis yang panjang. Ikan lele memiliki ukuran mulut yang lumayan lebar dan nyaris membelah setengah dari lebar kepalanya. Pemilihan bibit ikan lele yang terbaik dapat menghasilkan ikan lele yang berkualitas dan baik untuk dipasarkan. Menentukan bibit yang berkualitas dapat dilihat dari berbagai macam kriteria serta faktor yang mempengaruhi. Salah satu faktor yang dapat menentukan bibit lele terbaik yaitu berasal dari induknya. Bibit lele yang berkualitas mempunyai berat badan yang ideal dan kesehatan kondisi kolam yang cukup baik, maka dari itu perlu diperhatikan kondisi kolam ikan lele yang dibudidayakan. Pembudidaya lele dapat dengan mudah merawat dan memberi pakan berupa mikroba hidup yang dapat memberikan keuntungan terhadap inang dan lingkungan. Pembudidaya ikan lele tidak terlalu sulit dalam merawatnya, cukup dengan memberikan antiseptik agar lele terhindar dari jamur dan penyakit yang dapat merusak kualitas lele. Pembudidaya juga perlu menyediakan tempat yang luas untuk perkembangbiakan lele tersebut.

Lele sudah menjadi ikan konsumsi yang paling laris di pasaran dan di masyarakat, tidak heran jika tingkat kenaikan produksi lele konsumsi secara Nasional kenaikan produksi lele berjumlah 18,3 % per tahun. Pada tahun 1999 permintaan lele mencapai 24.991 ton dan tahun tahun 2003 permintaan lele meningkat menjadi 57.740 ton. Tingkat persaingan ikan lele sampai dengan akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai produksi 175.000 ton atau meningkat rata-rata 21,64 %/tahun. Tingkat kebutuhan bibit lele sangat meningkat pesat di pasaran. Pada tahun 1999 dibutuhkan 156 juta ekor, pada tahun 2003 dibutuhkan 360 juta ekor, sedangkan pada akhir tahun 2009 produksi lele melonjak pesat menjadi 1,9 milyar lele melonjak berkisar sampai 46% per tahun. Lele juga tidak sulit untuk di olah menjadi bahan makanan, rasanya yang gurih dan dagingnya yang empuk sangat cocok di nikmati oleh semua kalangan masyarakat yang menggemarinya.

Dalam hal ini para pembudidaya ikan lele ada sedikit permasalahan yang di alami, yaitu untuk menentukan bibit ikan lele yang berkualitas. Dalam permasalahan ini pembudidaya ikan lele harus cermat dan harus tepat dalam mencari bibit ikan lele yang unggul dan berkualitas, Pembudidaya lele yang tidak memperhatikan bibit yang bagus akan tidak bisa bersaing di dunia perikanan karena itu petani butuh ketelitian serta kesabaran untuk dapat memilih bibit ikan lele berkualitas baik. Untuk mendapatkan bibit ikan yang diharapkan maka dibutuhkan sebuah sistem dan metode, yaitu menggunakan Sistem Pendukung Keputusan. Sistem pendukung keputusan merupakan sistem berbantuankan komputer yang dapat menghasilkan keputusan yang terbaik. Didalam penerapan SPK untuk menghasilkan keputusan menggunakan metode metode yang dapat menghasilkan keputusan menjadi lebih efektif. Diantara metode yang dapat digunakan pada SPK dikenal diantaranya ELECTRE, WP, SAW, AHP, MOORA, TOPSIS, WASPAS.

METODE

  1. Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan menurut Keen dan Scoot Morton adalah sebagai berikut, sistem pendukung keputusan merupakan pasangan intelektual dari sumber daya manusia dengan kemampuan komputer untuk memperbaiki keputusan, yaitu sistem pendukung keputusan berbasis komputer bagi pembuat keputusan manajemen yang menghadapi masalah terstrukturs. Gory dan Scoot-Martoon, mendefenisikan sistem pendukung keputusan guna membantu tim promosi dalam membuat keputusan. Dikatakan bahwa supaya sukses sistem harus sederhana, sehat, mudah dikendalikan, adaktif, lengkap dalam persoalan penting dan mudah untuk didokumentasikan. Secara implisit defenisi ini mengasumsikan bahwa sistem berbasis pada komputer dan memberikan kemampuan memecahkan masalah pemakai.

  • Bibit Lele Terbaik

Bibit lele terbaik adalah bibit yang memiliki kualitas baik dan dapat menghasilkan ikan lele dengan kualitas terbaik sehingga untuk dipasarkan oleh masyarakat dan para pembudidaya ikan lele. Kualitas bibit lele yang terbaik akan mempengaruhi kondisi perekonomian petani lele dan produksi pasar yang akan di capai. Pemilihan bibit lele terbaik biasanya ditentukan oleh petani itu sendiri ataupun masyarakat, bibit lele terbaik biasanya dilihat dari beberapa kriteria yaitu bibit lele, usia, kesehatan dan berat bibit.

Metode Weight Product (WP) adalah salah satu metode penyelesaian pada sistem pendukung keputusan. Metode ini mengevaluasi beberapa alternatif terhadap sekumpulan atribuat atau kriteria, dimana setiap atribut saling tidak bergantung satu dengan yang lainnya.

PEMBAHASAN

Didalam menentukan bibit lele terbaik diperlukan beberapa cara atau metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil pemilihan bibit lele yang terbaik. Dengan mengunakan beberapa kriteria metode untuk membantu menentukan hasil yang tepat maka akan sangat mendukung untuk mengetahui kriteria bibit lele yang bagus dan berkualitas.

Metode Weight Product (WP) adalah salah satu metode penyelesaian pada sistem pendukung keputusan. Metode ini mengevaluasi beberapa alternatif terhadap sekumpulan atribuat atau kriteria, dimana setiap atribut saling tidak bergantung satu dengan yang lainnya.

Kesimpulan

Metode didalam Sistem Pendukung Keputusan dalam hal ini adalah metode Weight Product (WP) dapat digunakan dalam pengambilan keputusan pemilihan bibit lele terbaik, maka dapat disimpulkan bahwa penjumlahan menggunakan metode Weight Product (WP) lebih cepat, tepat dan mudah dalam menghasilkan nilai alternatif, sehingga metode Weight Product (WP) adalah metode yang paling efektif untuk menyelesaikan kasus tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

  • J. Afriany, L. Ratna, S. Br, I. Julianty, and E. L. Nainggolan, “Penerapan MOORA Untuk Mendukung Efektifitas Keputusan Manajemen Dalam Penentuan Lokasi SPBU,” vol. 5, no. 2, pp. 161–166, 2018.
  • S. Chakraborty and E. K. Zavadskas, “Applications of WASPAS Method in Manufacturing Decision Making,” Informatica, vol. 25, no. 1, pp. 1–20, 2014.
  • E. K. Zavadskas, J. Antucheviciene, J. Saparauskas, and Z. Turskis, “MCDM methods WASPAS and MULTIMOORA: Verification of robustness of methods when assessing alternative solutions,” Econ. Comput. Econ. Cybern. Stud. Res., vol. 47, no. 2, 2013.
  • S. Barus, V. M. Sitorus, D. Napitupulu, M. Mesran, and S. Supiyandi, “Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Guru Tetap Menerapkan Metode Weight Aggregated Sum Product Assesment ( WASPAS ),” MEDIA Inform. BUDIDARMA, vol. 2, no. 2, pp. 10–15, 2018.
  • P. Simanjuntak, I. Irma, N. Kurniasih, M. Mesran, and J. Simarmata, “Penentuan Kayu Terbaik Untuk Bahan Gitar Dengan Metode Weighted Aggregated Sum Product Assessment ( WASPAS ),” J. Ris. Komput., vol. 5, no. 1, pp. 36–42, 2018.

Note : Penulis bertanggung jawab atas semua isi tulisannya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *