Alice Natanael, Mahasiswa Universitas Pamulang

Artificial Intelligence atau biasa dikenal dengan AI yang akhir-akhir ini menjadi hot
topic dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah
bidang pendidikan, banyak isu yang cukup mengkhawatirkan keberadaan tenaga
pendidik. Akankah peran seorang guru sudah tidak diperlukan lagi di masa mendatang?
Ataukah tetap diperlukan walau AI sudah menguasai bidang pendidikan? Mari kita
bahas bersama, siapkan kopi dan cemilan anda.
Gupta (2023) Kecerdasan buatan atau AI adalah sub bidang ilmu komputer yang
bertujuan untuk mereplikasi perilaku manusia dalam mesin, menggunakan teknologi
seperti robot, bahasa alami, jaringan saraf, dan permainan game. Kecerdasan buatan
hadir untuk mempermudah kehidupan layaknya pesawat sederhana. Namun, hal inilah
yang menjadi perdebatan para tenaga pendidik. Apalagi dengan maraknya aplikasi
ChatGPT, yang memberikan jawaban dari segala pertanyaan secara original. Hal inilah
yang membuat risau, akankah seorang guru tidak perlu menjelaskan suatu materi
kepada anak murid? Karena menggunakan AI, anak mampu mengeksplorasi seluruh
informasi bahkan menjawab segala pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Kecerdasan Buatan (AI) memang dibutuhkan untuk mempermudah kehidupan, namun
hal itu dapat menjadi boomerang. Kecerdasan Buatan memberikan jawaban dari
rangkuman segala informasi yang dapat diakses secara bebas di internet. Tak hanya
itu, AI juga mempermudah penyebaran informasi atau materi dari guru ke siswa.
Sebagai contoh smart content, dimana siswa bisa mengakses materi hingga mendapat
jawaban secara mudah dan cepat. Hal ini mungkin memudahkan siswa tetapi tujuan
belajar mengajar tidak tercapai, yaitu pemahaman siswa akan materi yang diberikan.
Apabila jawaban dari soal yang diberikan diperoleh begitu mudahnya, tanpa
memerlukan proses berpikir akan membuat anak tidak memahami materi secara
mendalam. Tak hanya itu, adapula teknologi mentor virtual yang mana mempermudah
siswa memahami materi namun dijelaskan secara virtual. Hal ini diharapkan menjadi
pendukung dalam dunia pendidikan, namun seperti pendapat sebelumnya. Jika hal ini
membuat siswa merasa nyaman, dan enggan berpikir maka akan terjadi kesia-siaan
dalam proses belajar mengajar.
Semua ini memerlukan proses panjang, dan juga pendampingan orang tua.
Pendampingan ini tidak serta merta mendampingi saat belajar, namun memberikan
penjelasan kepada anak baik buruknya kecerdasan buatan. Sehingga terbentuklah pola
pikir anak dalam menggunakan teknologi AI ini. Mungkin kecerdasan buatan diperlukan
bagi kehidupan, namun sentuhan dan pendekatan seorang guru terhadap murid-
muridnya tidak dapat dirasakan serta diperoleh melalui kecerdasan buatan.

Inilah yang membedakan seorang guru dengan kecanggihan kecerdasan buatan.
Semoga hal ini dapat menjadi perenungan dan menentramkan hati seorang tenaga
pendidik akan kemajuan AI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *