Penulis: Devi Yunita, S.Kom., M.Kom
Istilah smart city atau kota cerdas semakin sering terdengar dalam beberapa tahun terakhir. Banyak pemerintah daerah di Indonesia berlomba-lomba menciptakan kota yang “cerdas”, dengan janji kemudahan akses layanan publik, transportasi efisien, serta pengelolaan data yang terintegrasi. Namun, di balik semangat menuju digitalisasi kota, muncul pertanyaan penting: apakah kota-kota di Indonesia benar-benar siap menjadi kota cerdas, ataukah ini masih sekadar impian di atas kertas?
Konsep kota cerdas sebenarnya tidak hanya soal penggunaan teknologi tinggi, tetapi juga tentang bagaimana teknologi itu meningkatkan kualitas hidup warganya. Sayangnya, banyak proyek smart city di Indonesia yang masih terjebak pada pembangunan infrastruktur digital tanpa strategi pemanfaatan yang matang. Aplikasi pelaporan masyarakat dibuat, tetapi jarang digunakan; sistem sensor lalu lintas dipasang, namun tidak diintegrasikan dengan kebijakan transportasi yang efisien. Akibatnya, kota terlihat modern di permukaan, tetapi belum benar-benar cerdas dalam praktiknya.

Meski demikian, harapan tetap ada. Beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya mulai menunjukkan langkah konkret dalam penerapan smart governance dan layanan publik digital. Penggunaan big data untuk analisis lalu lintas, pelayanan administrasi berbasis aplikasi, hingga sistem peringatan bencana digital menunjukkan bahwa transformasi itu sedang berjalan, meski belum sempurna. Tantangannya kini adalah memastikan bahwa inovasi ini tidak hanya dinikmati oleh segelintir warga kota besar, tetapi juga menjangkau masyarakat di daerah.
Kota cerdas bukan semata tentang teknologi, melainkan tentang kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Butuh budaya digital yang kuat, transparansi data, serta sumber daya manusia yang siap beradaptasi. Tanpa itu, smart city hanya akan menjadi proyek besar tanpa dampak nyata.
Membangun kota cerdas di Indonesia memang bukan hal mudah, tetapi juga bukan hal mustahil. Dengan komitmen yang kuat, perencanaan yang realistis, dan keterlibatan aktif masyarakat, harapan untuk hidup di kota yang benar-benar “cerdas” bukan lagi sekadar impian, melainkan masa depan yang bisa kita wujudkan bersama.