Arya Priyamanaya, Mahasiswa Universitas Pamulang

Berbicara tentang Artificial Intelligence (AI), adalah topik paling menarik untuk dibahas
dan didiskusikan pada zaman ini. Meskipun terdengar futuristik, sebenarnya konsep
“Kecerdasan Buatan” ini sudah ada sejak tahun 1950-an, Alan Turing, sosok pencetus
teknologi ini. Namun pada zaman itu AI belum di implementasikan dalam berbagai industri
dan teknologi komputer saat itu belum cukup mumpuni untuk mengembangkan konsep
yang luar biasa ini.
Semakin krusialnya kecerdasan buatan dimasa depan dan pemanfaatannya dianggap
memberikan dampak yang signifikan, perusahaan otomotif dituntut meningkatkan
produktivitas agar dapat menghasilkan produk yang kompetitif. Padahal di sisi lain,
produktivitas di lini produksi saat ini sudah mendekati angka 100 persen. Karena itu,
pendekatan berbasis teknologi seperti AI menjadi penting.
Menurut saya, sebelum fokus mengembangkan AI pada objek kendaraan untuk
menambahkan fitur “pintar”, ada baiknya fokus pada pengembangan di manufakturnya
terlebih dahulu. Terlebih belakangan ini lebih banyak terdengar keluhan dari konsumen
otomotif, khususnya sepeda motor, dimana kendaraan yang mereka beli kualitasnya sangat
menurun. Oleh karena itu, penggunaan teknologi kecerdasan buatan untuk manufaktur
kendaraan sangat penting, seperti pembuatan dan instalasi Spare-part yang memerlukan
ketelitian hitungan tingkat tinggi dan akurat, pengecekan kualitas yang lebih presisi dan
cepat, membantu pekerja dalam aktifitas yang memerlukan fokus mata tinggi, karena mata
yang lelah dapat menurunkan fokus ketelitian. Kualitas produksi yang memadai dan bagus
cenderung lebih disukai konsumen dengan alasan jangka pakai yang panjang.
Kecerdasan buatan pada mekanikal mesin kendaraan juga dapat ditambahkan
kedepannya, seperti pembukaan katup(valve) pada ruang bakar yang dapat menyesuaikan
mengikuti putaran RPM, sehingga tenaga dan kinerja mesin lebih bertenaga dan awet. Lalu,
fitur lampu indikasi yang memberikan informasi kepada pemilik kendaraan jika mesin sudah
dalam waktu perawatan juga penting untuk ditambahkan, seperti penggantian oli, ruang
bakar yang sudah berkerak, spare-part yang sudah aus dan sebagainya untuk
mempermudah pemilik kendaraan dalam merawatnya.
Meskipun teknologi kecerdasan buatan telah memberikan kontribusi besar dalam
transformasi industri otomotif, kekurangan pun tidak bisa dihindarkan dan akan selalu ada.
Semakin canggih sebuah teknologi, semakin rumit juga masalah yang akan didapat. Lalu,
apakah AI akan mengambil alih peran manusia pada industri dan kegiatan otomotif? Saya
rasa tidak. Peran dan sentuhan rasa yang ada pada manusia itu tidak bisa murni dihilangkan
atau diambil alih oleh sistem robotik. Pada saat robotik membuat kesalahan, maka manusia
perlu turun tangan, dan ketika manusia membuat kesalahan, maka robotik perlu membantu
manusia.