Penulis : Muhammad imran, Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Pamulang.
Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang palilng banyak diderita masyarakat saat ini.Banyaknyajumlah masyarakat yang menderita penyakit kulit berbanding terbalik dengan ketersediaan tenaga medis dan mahalnya biaya berobat.Keterbatasan jadwal dokter menuntut perlunya dikembangkan aplikasi yang dapat menggantikan posisi dokter dengan mengadopsi pengetahuan dokter.Aplikasi diharapkan dapat digunakan oleh admin klinik untuk membantu pasien dalam mendiagnosa penyakit berdasarkan gejala yang diketahui. Metode yang digunakan untuk menemukan penyakit berdasarkan diagnosa adalah forward chaining.Forward chaining dipilih karena metode ini merupakan metode yang sangat tepat dalam kasus mendignosa penyakit kulit.Dimulai dari menampilkan gejala-gejala sampai tujuan akhir.
Jumlah masyarakat yang menderita penyakit kulit masih berbanding terbalik dengan jumlah ketersediaan dokter penyakit kulit.Hal ini menyebabkan jadwal prakter dokter sangat terbatas. Selain itu,pencatatan hasil diagnosa pasien pada Klinik Dokter Raymond masih dilakukan secara manual,sehingga pembuatan laporan history diagnosis pasien membutuhkan waktu yang lama bahkan berpotensi kehilangan data apabila dokumen tercecer atau hilang.Oleh karena itu, untuk meningkatkan pelayanan dan membantu masyarakat dalam berobat serta mempermudah pembuatan laporan history diagnosa pasien maka dibutuhkan sebuah aplikasi yang dapat mengadopsi keilmuan pakar sehingga aplikasi dapat digunakan oleh user yang tidak memiliki ilmu kepakaran dibidang penyakit kulit. Adapun metode yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit kulit adalah forward chaining. Forward chaining dipilih karena metode ini merupakan metode yang sanat tepat dalam kasus mendignosa penyakit kulit.Dimulai dari menampilkan gejala-gejala sampai tujuan akhir penilai. Perhitungan yang dilakukan juga secara manual dan dapat memperlambat waktu

Gambar 1 Penyakit Kulit
Sementara kondisi lingkungan pada zaman sekarang sudah mengalami degradasi nilai kesehatan yang tidak jarang menjadi sarana atau media berkembangnya penyakit , orang tua juga tidak bisa melarang balitanya untuk bermain dan mengeksplorasi daya adaptasi terhadap lingkungan karena itu sama saja dengan mematikan potensi kreatifitasnya. Jika dilihat dari efeknya bagi kesehatan dan pertumbuhan balita, penyakit cacingan bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan balita. Bila terus didiamkan, dalam jangka panjang anak bisa terserang berbagai penyakit termasuk penyakit cacingan ini yang mengakibatkan kekurangan gizi, seperti hepatitis dan rabun mata. Untuk itu para orang tua harus mengawasi dan menjaga balita serta lebih mengenal tanda-tanda cacingan untuk pencegahan dini.
Kecerdasan Buatan :
Kecerdasan buatan adalah sistem cerdas yang ditanamkan ke dalam teknologi khusus dengan bantuan manusia untuk membantu berbagai aktivitas yang ada. Ada dua kategori AI, kuat dan lemah. Kemudian, jenis-jenis kecerdasan buatan dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu kecerdasan buatan saraf, jaringan saraf tiruan dan kecerdasan buatan manipulasi simbolik.

Gambar 2 Kecerdasan Buatan
Manfaat Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)
1. Pembelajaran berulang melalui otomatisasi data
2. Tambahkan kecerdasan
3. Adaptasi melalui algoritma inkremental
4. AI dapat menganalisis lebih banyak data
5. Memiliki akurasi yang lebih baik
Kecerdasan buatan bukanlah konsep baru, tetapi telah dianut oleh ilmu komputer sebagai teknologi baru dan memiliki aplikasi di banyak bidang seperti pendidikan, bisnis, perawatan kesehatan, dan manufaktur. Di bidang medis, AI (Kecerdasan Buatan) membantu dokter (bukan menggantikannya).
Mengandalkan kemajuan teknologi dan informasi, pengembangan “Aplikasi Diagnosis Cacingan Usus Anak Kecil” penting untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat dalam kaitannya dengan dunia kesehatan, memberikan pengetahuan dan pembelajaran, serta memberikan informasi tentang pentingnya kesehatan. kepada orang biasa.
Sumber Gambar :
Referensi :
F. Nuraeni, Y. H. Agustin, and E. N. Yusup, “Aplikasi Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Kulit Menggunakan Metode Forward Chaining Di Al Arif Skin Care Kabupaten Ciamis,” Semin. Nas. Teknol. Inf. Dam Multimed., pp. 6–7, 2016.
I. S. Permana and Y. Sumaryana, “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Kulit Menggunakan Metode Forward Chaining,” Jumantaka, vol. 1, no. 1, pp. 361–370, 2018.
Y. M. Nora and W. K. Joni, “Perancangan Sistem Pakar Untuk Menentukan Kelas Pada Anak Berkebutuhan Khusus Dengan Metode Fordward Chaining,” J. Inf. Syst. Informatics Eng., vol. 2, no. 2, pp. 7–15, 2018.
Irwan, Gustientiedina, A. Hajjah, Y. Desnelita, and W. Susanti, “SOFTWARE KONSULTASI SELEKSI KARIR SISWA MENGGUNAKAN METODE CAREER SELECTION CONSULTATION SOFTWARE OF THE STUDENTS USING,” J. Teknol. Inf. dan Ilmu Komput., vol. 8, no. 1, pp. 27–34, 2021, doi: 10.25126/jtiik.202181093.
N. Nyoman and A. Hajjah, “Aplikasi Menentukan Bakat Anak Berdasarkan Kepribadian Menggunakan Metode Forward Chaining,” J. Mhs. Apl. Teknol. Komput. dan Inf., vol. 1, no. 1, pp. 52–57, 2019.
P. Paryati, “Sistem Pakar Berbasis Web Untuk Mendiagnosa Penyakit Kulit,” Telematika, vol. 7, no. 2, 2011, doi: 10.31315/telematika.v7i2.423.
H. Listiyono, “Merancang dan Membuat Sistem Pakar,” J. Teknol. Inf. Din., vol. XIII, no. 2, pp. 115–124, 2008.
A. Yulianeu and N. M. Rahmayati, “Sistem pakar penentu makanan pendamping air susu ibu pada bayi usia 6 bulan sampai 12 bulan menggunakan metode forward chaining,” J. Tek. Inform., vol. 3, no. 2, 2017.